Thursday, March 13, 2014

Tafsir Surat Ar-Ra’d 17

A. Surat Ar-Ra’d  17

17. Allah Telah menurunkan air (hujan) dari langit, Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, Maka arus itu membawa buih yang mengambang. dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, Maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan[1].

Ayat yang lalu menegaskan bahwa Allah adalah al-Qahhar//Maha perkasya.Ayat ini membuktikan salah satu keperkasyaan-Nya . Air yang terdapat di sungai dan di laut,jauh dari langit ,diangkatnya ke atas,yakni kelangit,padahal sifat air selalu mencari tempat yang rendah. Demikian lebih kurang al-biqa menghbungkan ayat ini dengan ayat yang lalu.

Anda juga dapat menghubungkannya seperti Thabathaba’i, yaitu setelah ayat-ayat yang lalu menegaskan bukti kesesatan kaum musyrikin dan menguraikan perbedaan yang jelas antara kebenaran dan kesesatan serta perbedaan antara yang menempuh jalan kebenaran dan keburukan, ayat ini dan ayat-ayat berikut menjelaskan perbedaan itu dengan terperinci . Untuk maksud tersebut , ayat ini menyatakan bahwa Allah telah menurunkan air yang tercurah dari langit.yakni hujan,maka mengalirlah ia,yakni air, dengan arus yang sangat deras dilembah-lembah menurut ukurannya masing-masing,maka arus itu membawa diatasnya buih yang mengembang.

Dan demikian juga keadaan yang terjadi dari apa ,yakni logam,yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau barang-barang,seperti alat-alat,mata uang,pedang,dan sebagainnya.ada juga buih-nya seperti buih arus itu juga. Demikian Allah membuat perumpamaan “ tentang yang haq dan yang batil. Adapun buih itu, maka ia akan pergi hilang tanpa bekas,binasa dan tanpa manfaat dan harga ; dan adapun yang bermanfaat bagi manusia, maka ia tetap di bumi untuk dimanfaatkan oleh makhluk-makhluk ilahi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.

Penyebutan kata langit setelah sebelumnya telah dinyatakan menurunkan air agaknya bertujuan untuk menegaskan bahwa ia tercurah. Karena kata turun digunakan juga oleh al-Qur’an dalam arti menciptakan seperti ketika menjelaskan tentang besi (baca Q.S al-Hadid{57};25).

Kata (حق)haqq dan (…) bathil/batil adalah dua substansi yang berlawanan. Haqadalah sesuatu yang mantap lagi tidak beubah,sedang bathil adalah sesuatu yang wujud tetapi sifatnya sementara lalu menghilang dan punah. Bathil adalah sesuatu yang pasti binasa dan lenyap.

Kata (….) al-awdiyah adalah bentuk jamak dari (…..) al-wady yakni tanah rendah di antara dua gunung (lembah). Penggunaan bentuk nakhira/indifinet untuk kata ini bertujuan untuk menggambarkan aneka lembah dari segi besar kecilnya,luas dan sempitnya, serta panjang dan pendeknya . Ini untuk diakaitkan dengan kata sesudahnya yaitu (….) biqadariha / sesuai dengan ukuran masing-masing. Ada juga yang memahami bentuk indefinite itu untuk mengisyaratkan bahwa air yang tercurah dari langit tidak menjangkau semua tempat ,tidak juga mengalir disemua lembah ; ada lembah yang menampung air , dan ada juga yang tidak menampungnya karena tidak mendapat curah hujan.

Ayat ini menjelaskan bahwa air yang diturunkan Allah di lembah itu sesuai dengan daya tamping lembah , atau dalam istilah ayat diatas (……..) biqadariha ,karena kalau melebihinya maka akan terjadi banjir yang berpotensi merusak.Memang ,ssekali bisa saja air yang tercurah (hujan) sangat lebat sehingga menimbulkan banjir , tetapi karena ayat ini bermaksud member perumpamaan tentang yang haql / kebenaran, digaris bawahinya kata biqadariha itu. Disamping itu, karena pada umumnya lembah menampung air sesuai dengan kadar / kapasitas daya tampungnya.

Kata (….) az-zabad adalah buih , atau limbah banjir , atau gelembung yang terlihat saat air mendidih.

Ayat ini agaknya bermaksud menyatakan bahwa kebatilan ,walau tampak dengan jelas kepermukaan dan meninggi bagaikan menguasai air yang mengalir ,hal tersebut hanya sementara karena beberapa saat kemudian buih itu luluh dan tetap tinggal adalah air yang bersih. Demikian juga degan logam yang diliputi oleh aneka kotoran. Dengan membakarnya ,akan terlihat dengan jelas kualitas logam dan akan menyenangkan yang melihatnya , sedang kotoran yang meliputinya hilang terbuang tanpa ada sedikit manfaatpun serta hilang tanpa disesali.

Yang dimaksud dengan firman Allah ; (………….. ) amma ma yanf’u an-nasal adapun yang bermanfaat bagi manusia adalah air bukan buihnya dan logam setelah dibakar dan hilang kotorannya. Ayat ini tidak menyebut air dan logam ini secara langsung tetapi menegaskan manfaatnya. Hal tersebut untuk mengisyaratakan baha yang penting bukan air atau logamnya, tetapi manfaat yang harus dihasilkan oleh air dan logamnya itu. Demikianlah juga yang haq, yang penting bukanlah ide-ide yang benar , yang berada di menara gading atau mengawang-ngawang di angkasa .tetapi yang lebih penting adalah manfaat dan penerapan ide-ide yang benar itu dalam kehidupan duniawai sehingga dapat memberikan manfaat. Karena apalah arti al-haq/kebenaran jika ia ditempatkan di menara gading ? atau jika ia tidak membumi. Selanjutnya , yang dimaksud bermanfaat disini mencakup aneka manfaat,baik jasmani maupun rohani, baik perseorangan maupun kolektif,bai dunia maupun akhiratnya.

Banyak ulama memahami bahwa ayat diatas menampulkan dua macam perumpamaan ,masing-masing untuk kebenaran dan untuk kebatilan. Contoh pertama bagi kebenaran adalah air yang mengalir dengan sangat deras dan contoh kedua adalahlogam yang dengan kualitasnya yang jernih . Sedangkan ,contoh pertama dari kebatilan adalah buih yang dihasilkan oleh derasnya arus air dan contoh kedua adalah karat yang keluar akibat pembakaran logam.

Thahir ibn asyur bependapat bahwa perumpamaan kedua ditampilkan bagi mereka yang tidak pernah / jarang melihat arus air yang terjadi di lembah-lembah . Bagi mereka yang diberi perumpamaan logam dan pembakarannya.

Dari berbagai barang tambang yang dihasilkan manusia melalui proses pembakaran ,seperti emas,perak ,tembaga, dan timah . Ada yang dapat dijadikan perhiasan atau peralatan seperti bejana,ada juga yang berupa sampah seperti sampah air yang mengapung di atas permukaan air. Bagian barang tambang, yang mengalir itu disebut (…..) khabits (limbah). Dengan tamsil air dan limbahnya serta tambang dan limbahnya itu, Allah menerangkan kebenaran dan kebatilan. Kebenaran diibaratkan sebagai air dan tambang yang jernih, sedangkan kebatilan diibaratkan sebagai limbah air dan limbah tambang yang tidak mungkin dapat dimanfaatkan dan akan lenyap dan terbuang. Sedangkan air jernih dan tambang jernih yang dapat berguna untuk kepentingan manusia kan bertahaan di dalam tanah agar dapat dimanfaatkan. Dengan tamsil yang sangat jelas seperti itulah Allah swt memperlihatkan kebaikan dan kejahatan kepada manusia.

Ada juga yang memahami ayat diatas hanya menampilkan satu perumpamaan saja yang kemudian bercabang. Mereka memahami kata zabad bukan saja dalam arti buih air ,tetapi juga kotoran-kotoran yang lengket pada logam, dimana kotoran itu baru dapat hilang apabila logam tersebut dibakar. Maksudnya , arus air yang turun dari langit dan yang ditampung dan mengalir dari aneka lembah itu, menghasilkan disamping buih , juga mengakibatkan kotorannya logam yang terndam di dasar paling dalam dari lembah itu. Kedua perumpamaan itu tidak ada manfaatnya.

Thabathaba’I memperolah beberapa kesan dari ayat ini.

Pertama,ayat ini mengisyaratkan bahwa anugerah rahmat Allah swt yang tercurahkan dari langit-yang diibaratkan oleh ayat ini dengan air-turun sedemikian rupa dan masing-masing menampungnya sesuai dengan kadar kesediaannya menampung. Apabila wadah yang dimilinya besar ,akan banyak air/ rahmat yang diperolehnya , demikian juga sebaliknya. Bukanlah menurut ayat ini-masing-masing menampung sesuai kadarnya ?

Kedua, tercurahnya rahmat/ air ke lembah-lembah dan terukurnya kadar masing-masing tidak dapat dilepaskan dari limbah dan kotoran-kotoran yang tampak, tetapi semua itu pasti tidak langgeng dan akan hilang. Berbeda dengan rahmat/air yang akan tetap dan langgeng. Dengan demikian , apa yang terdapat dalam wujud ini hanya ada dua macam. Pertama yang haq,mantap, dan langgeng, dan yang kedua yang hilang dan lenyap.

Ketiga, haq/kebenaran tidak “menentang” atau mendesak haq yang lain, tetapi ia mendukung dan memanfaatkannya serta mengantarnya kepada kesempurnaan. Ini dipahami dari pernyataan ayat di atas bahwa ia tetap di bumi dan memberi manfaat bagi manusia. Yang dimaksud dengan tidak menentang –tulisannya-bukan berarti terjalinnya keharmonisan dan kasih saying secara terus menerus . Betapa demikian, padahal kita melihat api dipadamkan air dan air dihabiskan oleh api. Tanah dimakan oleh tumbuhan,tumbuhan dimakan oleh binatang dan binatang saling memakan dan menerkam, dan pada akhirnya bumi menelam semuanya. Yang dimaksud tidak menentang itu adalah walaupun ia saling terkam menerkam, dalam saat yang sama mereka bekerja sama untuk mencapai tujuan sejenisnya. Ini serupa dengan kayu dan kapak. Walaupun keduannya saling bertentangan , pada akhirnya keduanya mewujudkan paa yang dikehendaki oleh tukang / pengapak-katakanlah pintu. Serupa juga dengan timbangan, walaupun ia saling mengalahkan, sekali sayap kiri yang berat di kali lain sayap kanan, keduannya pada akhirnya bekerja sama mewujudkan tujuan si penimbang untuk mengetahui kadar berat sesuatu. Demikian itu keharmonisan dan kerja sama yang saling terjalin bagi yang dinamai haq.Tetapi, tidak seperti itu pada kebatilan. Misalnya jika ada ketumpulan pada kapak atau kecurangan pada timbangan. Ini bertentangan dengan haq yang merupakan tujuan yang ingin dicapai sehingga akibatnya merusak dan mengakibatkan mudharat.

Apa yang digambarkan ayat diatas terjadi juga pada bidang aqidah dan kepercayaan . Kepercayaan yang haq dalam jiwa seseorang muslim mukmin diibaratkan dengan air yang tercurahkan dari langit, yang mengalir di aneka lembah yang berbeda-beda kadarnya. Orang akan memperoleh manfaat dengan kehadirannya , menghidupkan jiwa mereka dan melanggengkan kebajikan dan kebatilan. Adapun batil yang dianut oleh seorang kafir, ia bagaikan buih, ia hanya bertahan sebentar tetapi kemudian pergi lenyap,sia-sia , tanpa bekas

27. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu[788] dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang dia kehendaki.


Daftar Pustaka


Shihab,M.Q.(2002).Tafsir Al-Mishbah (tafsir surah ar-Ra’d [17]).Jakarta:Badan Penerbit

Lentera Hati.cet,I dan II 2009.
Keterangan:
[788] yang dimaksud ucapan-ucapan yang teguh di sini ialah kalimatun thayyibah yang disebut dalam ayat 24 di atas.
[770] Allah mengumpamakan yang benar dan yang bathil dengan air dan buih atau dengan logam yang mencair dan buihnya. yang benar sama dengan air atau logam murni yang bathil sama dengan buih air atau tahi logam yang akan lenyap dan tidak ada gunanya bagi manusia.

Atikel Terkait

Tafsir Surat Ar-Ra’d 17
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan video di atas? Silakan berlangganan gratis via email