Thursday, March 13, 2014

Tafsir Surat Al – Hasyr Ayat 15-17

Surat Al – Hasyr Ayat 15-17

Artinya:

15. (mereka adalah) seperti orang-orang Yahudi yang belum lama sebelum mereka[1468] telah merasai akibat buruk dari perbuatan mereka[1469], dan bagi mereka azab yang pedih.

16. (Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika Dia berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", Maka tatkala manusia itu telah kafir, Maka ia berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam".

17. Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa Sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah Balasan orang-orang yang zalim.

[1468] Maksudnya: Yahudi Bani Qainuqa'

[1469] Maksud akibat buruk perbuatan mereka adalah mereka diusir dari Madinah ke Syam.

Surah Al-Hasyr adalah ayat ke- 59 dari Al-qur’an. Surah ini tergolong surah Madaniyah yang terdiri atas 24 ayat. Dinamakan Al Hasyr yang bererti pengusiran diambil dari perkataan Al Hasyr yang terdapat pada ayat ke-2 surat ini. Di dalam surat ini disebutkan kisah pengusiran suatu suku Yahudi yang bernama Bani Nadhir yang berdiam di sekitar kota Madinah. Surat ini menerangkan tentang bagaimana seharusnya sikap setiap orang Islam terhadap orang-orang yang tidak Islam yang melakukan tindakan-tindakan yang merugikan umat sebagai yang dilakukan oleh Bani Nadir, hukum fai-i dan pembagiannya, kewajiban bertakwa, ketinggian dan keagungan Al Qur’an, kemudian ditutup dengan menyebut sebagian Asma’ul Husna.


Tafsir


Allah SWT menerangkan bahwa keadaan orang-orang Yahudi Bani Nadir itu sama halnya dengan orang-orang Yahudi Bani Qainuqa' yang sebelumnya berada di sekitar kota Madinah. Karena tindakan kaum Qainuqa' di sekitar kota Madinah itu serupa dengan tindakan Bani Nadir yang sekarang, maka mereka diperangi oleh Rasulullah pada hari Sabtu bulan Syawal, setelah 20 bulan Nabi hijrah. Akhirnya mereka diusir dari Madinah ke suatu tempat bernama Azirat di negeri Syam. Bani Qainuqa' telah merasakan akibat buruk dari perbuatan mereka. Dan jarak waktu kedua kejadian itu belum lama berselang, hanya dua tahun. Jadi peristiwa Bani Nadir terjadi pada tahun keempat hijrah. peristiwa pengusiran Bani Qainuqa' itu menjadi pelajaran bagi Bani Nadir dalam mengadakan hubungan dengan kaum muslimin di Madinah. Jika mereka melaksanakan ketentuan-ketentuan perjanjian damai yang telah mereka tetapkan bersama Rasulullah, mereka akan hidup damai dan tenteram di bawah pemerintahan Rasulullah SAW. Tetapi mereka melanggar perjanjian damai itu, sehingga mereka mengalami nasib yang sama dengan Bani Qainuqa’ Dari ayat ini dipahamkan bahwa kaum Muslimin diperintahkan bersikap baik kepada orang-orang yang bukan Islam, selama orang-orang yang bukan Islam itu bersikap baik kepada mereka. Sikap baik itu adalah cermin dari keinginan hati, kemudian terwujud dalam perbuatan dan tindakan, baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi keinginan hati itu terbaca pula pada air muka seseorang dalam pergaulannya.

Ayat ini memerintahkan bahwa orang-orang munafik yang berjanji dengan Bani Nadir itu, akan menolong bila diserang kaum muslimin dan ikut mereka diusir dari Madinah, adalah seperti perbuatan setan. Setan selalu merayu manusia agar mengingkari Allah dan tidak mengikuti agama yang telah disampaikan Rasul-Nya. Tetapi bila manusia itu memerlukan pertolongan dalam menghadapi kesengsaraan dan malapetaka yang datang kepada mereka, setan berlepas diri, dan tidak menepati janji-janjinya bahkan mereka berkata, "Sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam". Allah menyamakan orang-orang munafik dengan setan itu, menunjukkan bahwa sifat-sifat orang-orang munafik itu sama dengan sifat-sifat setan. Setan yang durhaka mematuhi hukum-hukum Allah, percaya bahwa Allah itu ada (Maha Esa) dan hanya Dia yang berhak disembah, percaya bahwa syarat-syarat memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat itu dengan mengikuti agama Allah. Tetapi mereka adalah kaum yang fasik. Mereka mengetahui kebenaran sesuatu tetapi tidak melaksanakan kebenaran itu. Demikian pula halnya dengan orang-orang munafik mereka tahu mana yang benar dan mana yang salah, tetapi mereka tidak melakukan kebenaran itu, bahkan mereka melakukan perbuatan-perbuatan menghasut dan terlarang.

Sehubungan dengan itu Allah SWT berfirman: (QS.Ibrahim :22).

Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu melainkan (sekadar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku. akan tetapi cercalah diri kamu sendiri Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.

Jadi bentuk perumpamaan dalam ayat ini ialah orang-orang munafik disamakan dengan setan. Orang-orang Yahudi dengan orang-orang yang terpedaya dengan bujukan setan. Ketakutan mereka kepada kaum muslimin disamakan dengan ketakutan mereka kepada Allah.

Pada ayat ini diterangkan akibat yang akan dialami oleh orang-orang munafik dan orang-orang Yahudi Bani Nadir yang telah diperdayakan itu. Kedua golongan ini akan dimasukkan ke dalam neraka bersama setan yang menjadi teman mereka. Itulah balasan sepadan dengan perbuatan-perbuatan mereka baik yang menipu maupun yang mengasut.

Kesimpulan

Perumpamaan mereka dalam hal tidak mau beriman (seperti orang-orang yang belum lama sebelum mereka) yakni sebagaimana orang-orang musyrik yang terlibat dalam perang Badar (yang telah merasai akibat buruk dari perbuatan mereka) sebagai hukuman-Nya di dunia, yaitu mereka mati terbunuh dan hukuman-hukuman yang lainnya yang mereka rasakan (dan bagi mereka azab yang pedih) siksaan yang menyakitkan kelak di akhirat. Dan juga perumpamaan mereka dalam hal mendengar dari orang-orang munafik, tetapi orang-orang munafik itu tidak mau mengikuti jejak mereka sesudahnya (seperti halnya setan; ia berkata kepada manusia, "Kafirlah kamu," maka tatkala manusia itu telah kafir, ia berkata, "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam.") Padahal ia dusta dan hanya ria belaka.


(Maka adalah sesudah keduanya) yakni orang yang sesat dan orang yang disesatkan. Menurut suatu qiraat lafal 'aaqibatahumaa dibaca 'aaqibatuhumaa dengan memakai harakat damah di atas huruf ta, hal ini berarti sebagai isim dari lafal kaana (bahwa sesungguhnya keduanya masuk ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang lalim) orang-orang yang kafir.


Atikel Terkait

Tafsir Surat Al – Hasyr Ayat 15-17
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan video di atas? Silakan berlangganan gratis via email