Thursday, March 13, 2014

Tafsir Surat An-Nur Ayat 30-40

Tafsir Surat An-Nur Ayat 30-40

39. Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya[1042].

40. Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.

A. Penjelasan
1. Ayat 39

(Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar) lafal Qii'ah adalah bentuk jamak dari lafal Qaa'un, yakni padang sahara yang datar.

Yang dimaksud dengan lafal Saraabun adalah pemandangan yang tampak di kala matahari sedang terik-teriknya yang rupanya mirip seperti air yang mengalir, atau lazim disebut fatamorgana (ia disangka) diduga (oleh orang yang kehausan) yaitu orang yang dahaga (air, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun) apa yang disangkanya itu, demikian pula halnya orang kafir, ia menduga bahwa amal kebaikannya seperti sedekah, yang ia sangka bermanfaat bagi dirinya, tetapi bila ia mati kemudian ia menghadap kepada Rabbnya, maka ia tidak mendapati amal kebaikannya itu. Atau dengan kata lain amalnya itu tidak memberi manfaat kepada dirinya. (Dan ia mendapatkan Allah di sisinya) yakni di sisi amalnya (lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup) Allah memberikan balasan amal perbuatannya itu hanya di dunia (dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya) di dalam memberikan balasan-Nya.

Pada ayat ini Allah memberikan misal bagi amal-amal orang-orang kafir yang nampaknya baik dan besar manfaatnya seperti mendirikan panti asuhan bagi anak-anak yatim, poliklinik untuk mengobati orang-orang yang tidak mampu, menolong fakir miskin dengan memberikan pakaian dan beras, mengadakan perkumpulan-perkumpulan sosial atau yayasan, dan lain sebagainya. Amal-amal sosial itu sangat dianjurkan oleh Agama Islam dan dipandang sebagai amal yang besar pahalanya.

Amal-amal orang-orang kafir itu meskipun besar faedahnya bagi masyarakat dan sangat dianjurkan oleh Allah SWT tetapi amal mereka itu tidak ada nilainya di sisi Allah, karena syarat utama bagi diterimanya suatu amal ialah iman yang murni kepada Nya dan tidak mempersekutukan Nya dengan sesuatu apapun, apalagi menganggap makhluk Nya baik yang bernyawa ataupun benda mati sebagai Tuhan yang diharapkan rahmat dan kasih sayangnya dan yang ditakuti ialah murkanya.

Allah menyerupakan amal-amal orang-orang kafir itu sebagai fatamorgana di padang pasir, kelihatan dari jauh seperti air yang jernih yang dapat melepaskan dahaga dan menyegarkan tubuh yang telah lelah ditimpa terik matahari. Dengan bergegas-gegas orang melihatnya menuju arah fatamorgana itu, tetapi tatkala mereka sampai di sana, hilanglah semua harapan berganti dengan kecewa dan putus asa karena yang dilihatnya seperti air bening itu tak lain hanyalah bayangan belaka. Kalau mereka hanya merasa kecewa dan putus asa saja, karena mereka tidak jadi mendapat minuman yang segar tidaklah akan berat penderitaannya tetapi mereka dihantui pula oleh nasib yang buruk karena di hadapan mereka telah menunggu penderitaan yang tak tertangguhkan yaitu haus dan dahaga ditimpa panasnya matahari sedang yang kelihatan di sekeliling mereka hanya pasir belaka yang tidak bertepi.

Demikianlah halnya orang-orang kafir di akhirat nanti, mereka mengira bahwa amal mereka di dunia akan dapat menolong dan melepaskan mereka dari kedahsyatan dan kesulitan di padang mahsyar, tetapi kenyataanya semua itu tak ada gunanya sama sekali karena tidak dilandasi oleh iman yang murni keikhlasan dan kejujuran. Bukan saja mereka dikecewakan oleh harapan-harapan palsu tetapi di hadapan mereka telah menunggu perhitungan yang teliti atas perbuatan dan kepercayaan mereka yang sesat, dan telah tersedia pula balasan atas segala dosa dan keingkaran mereka yaitu neraka Jahanam yang amat panas dan menyala-nyala. Allah telah memberitahukan kepada mereka perhitungan amal mereka dengan cukup dan malaikat Zabaniah telah siap sedia menggiring mereka ke neraka. Senada dengan itu Allah berfirman yang
Artinya: Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan (Q.S. Al Furqan: 23)

2. Ayat 40

Al Qur’an memastikan keberadaan beberapa kegelapan di laut yang dalam. Al Qur’an merinci penjelasannya dengan kata lujjiyyin (sangat dalam) agar pembaca tahu bahwa kegelapan-kegeapan tersebut tidak ada kecuali kecuali di laut yang dalam. Para ahli bahasa dan tafsir menjelaskan kata tersebut. Qatadah dan penulis tafsir Al Jalalain mengatakan bahwa kata lujjiyyin berarti dalam.

Az-Zamakhsyari mengatakan artinya adalah dalam lagi banyak airnya. Ath-Thabari mengatakan, “Kata laut disifati dengan kata lujjiyyin yang berarti dalam lagi banyak air. Sementara Al Busyiri mengatakan bahwa maksudnya adalah laut yang tidak diketahui dasarnya. Kata tersebut terambil dari kata lujjah yang berarti banyak air, bentuk pluralnya adalah lujaj. Kata iltajja al-bahru berarti laut itu saling berhantaman ombak-ombaknya.

Kegelapan-kegelapan tersebut berjadi karena kedalaman. Az-Zamakhsyari mengatakan, “Maksudnya dengan kegeapan-kegelapan tertumpuk-tumpuk dari kedalaman laut, gelombang dan awan.” Al Khazin mengatakan, “Seperti kegelapan-kegelapan di laut yang dalam lagi banyak airnya.” Maksudnya, laut yang dalam itu dasarnya sangat gelap akibat banyaknya air.

Ayat tersebut menyebutkan keberadaan gelombang lain di atas gelombang pertama. Allah berfirman, “Yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula).” Ini adalah gambaran tentang laut, yaitu adanya dua gelombang pada saat yang bersamaan, di mana yang satu berada di atas yang lain. Bukan gelombang-gelombang yang beruntun di satu tempat, melainkan ada pada satu waktu, di mana gelombang kedua berada di atas gelombang pertama.

Ayat tersebut juga mengisyaratkan bahwa letak gelombang kedua di atas gelombang pertama itu seperti letak awan di atas gelombang kedua. Allah berfirman, “Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan…”

Ayat tersebut juga menyebutkan gelombang yang menutupi lautan dalam, sebagaimana ia menyebutkan keberadaan gelombang kedua di atas gelombang pertaam. Hal ini menunjukkan keberadaan laut di atas gelombang pertama dan laut dalam, yaitu laut permukaa yang ditutupi oleh gelombang kedua yang di atasnya terdapat awan.

Al Qur’an menetapkan peran ketiga tabir dalam membentuk kegelapan-kegelapan di laut yang dalam, dan bahwa kegelapan tersebut bertindih-tindih. Ayat tersebut juga mengandung penjelasan tentang tujuh kegelapan di kedalaman pada bagian awal, dan tiga kegelapan tabir di bagian akhir

B. Kajian Keilmuan

Setelah mengetahui bahwa amalan yang diterima Allah adalah yang berlandaskan keimanan maka kita harus dapat mengimplementasikan ilmu yang kita miliki agar menjadi suatu karya nyata yang dapat bermanfaat dalam bentuk Alat yang dapat membantu pekerjaan manusia misalkan dalam bidang elektro membuat perangkat yang dapat memudahkan serta membantu orang dalam bekerja. Dan tidak kalah pentingnya dalam menciptakan suatu karya tersebut harus dilandasi dengan Keimanan dan keikhlasan sehingga amal yang diperbuat selain bermanfaat di dunia juga dapat diterima Allah Swt sehingga ada manfaatnya di akhirat

C. Kesimpulan

Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa amal shaleh yang diterima di sisi Allah adalah yang diniatkan karena Allah bukan untuk yang lain, seperti karena riya’ dan sebagainya. karena itu, jika seseorang melakukan amal perbuatan baik secara lahiriyah, tetapi niatnya bukan karena Allah, melainkan karena seseorang atau yang lain, maka amal perbuatannya menjadi sia-sia seperti buih yang terbawa air atau debu yang diterbangkan oleh angin. Untuk itu, guna meningkatkan kualitas amal shaleh kita, maka ada beberapa hal yang harus kita perhatikan: pertama, amal shaleh kita harus senantiasa dilandasi karena keimanan kepada Allah dan kita harus berniat bahwa amal perbuatan kita tersebut dilakukan dalam rangka untuk beribadah kepada Allah. Wallahu a’lam bishawab.

D. Saran


Agar seorang Muslim tidak terjebak pada tujuan memburu kenikmatan sesaat, sebentar, sebagaimana yang diderita oleh kaum yang tidak beragama, tetapi menggunakan karunia-Nya secara maksimal untuk mencapai kenikmatan yang bersifat permanen (akhirat), maka berikut adalah beberapa resepnya.

1. Selalu mendekat kepada-Nya

2. Simpati, membela dan mencintai para kekasih-Nya. Merekalah yang keberadaannya ditolong, dilindungi dan dibela oleh-Nya

3. Mengikuti ajaran Rasulullah SAW (ittiba’) sebagai bukti kecintaan kepadanya

4. Berperang di jalan-Nya dengan shaf yang rapi

5. Selalu membaca al-Quran, menjaga lisan, memberi makan orang yang lapar, puasa di bulan Ramadhan.

6. Selalu berbuat baik

7. Mencintai orang lain karena Allah SWT

8. Suka menolong sesama

9. Membela kaum tertindas

10. Ikhlas dalam beramal

11. Suka memberi

12. Menyadari kelemahan diri

13. Bertaubat dengan tulus ikhlas

14. Melaksanakan hak-hak ukhuwwah paling rendah, yakni : salamatush shadri (hatinya selamat dari dengki, sombong, serakah dan dendam) dari sesama Muslim


Daftar Pustaka


Shalih Hasyim. Amal Mereka Bagai Debu yang Bertebaran.

www.sobatmuslim.com/artikel/hidup-mulia-matilah-dengan-mulia

Ldk jamaah shalahuddin ugm. Tafsir Surat An Nuur 39 - 40

www.js.ugm.ac.id/kajian/buletin-annaba/91-tafsir-surat-an-nuur-39-40.html

mafahim-azhari.com/tidak-ada-toleransi-dalam-aqidah-dan.html.

www.mafahim-azhari.blogspot.com/2006/12/tidak-ada-toleransi-dalam-aqidah-dan.html

Munir . Amal Shaleh. 7 May 2010 . www.munirulabidin.com/amal-shaleh.html

Wikipedia.com

No comments:

Post a Comment