BAB I
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Tarjamah Surah Ar Rum Ayat 27
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. 30:27)
B. Tarjamah Surah Ar Rum Ayat 28
Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada diantara hamba-sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezki yang telah Kami berikan kepadamu; maka kamu sama dengan mereka dalam rezki itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal.(QS. 30:28)
C. Tafsir Surah Ar Rum Ayat 27
Dalam surat ini pada ayat 11 tersebut di atas telah disebutkan mengenai permulaan kejadian dan pengembaliannya setelah ia mati. Hal itu diulang lagi di sini untuk menguatkan pernyataan itu setelah diterangkan bukti kebesaran Allah SWT tersebut di atas. Di sini ditambahkan sesuatu yang baru, yaitu kalimat "Dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya". Dalam ayat ini ada kata-kata "lebih mudah" yakni menghidupkan adalah lebih mudah bagi Allah dari pada penciptaannya semula. Akan tetapi lebih mudahnya menghidupkan kembali dari pada menciptakan semua itu adalah dengan membandingkannya kepada kebiasaan yang berlaku pada manusia, bukan dihubungkan kepada Allah, sebab bagi Allah semuanya adalah mudah. Allah tidak akan merasa berat mengadakan sesuatu apapun. Allah SWT berfirman:
Artinya :
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepada-Nya: "Jadilah! Maka terjadilah ia. (Q.S. Yasin: 82)
Jadi bagi Allah, mengadakan hal-hal kecil maupun besar adalah sama saja.
Maka kata-kata "lebih muduh" di sini ditinjau dari segi kesanggupan manusia, tentang segala sesuatu yang dibikinnya. Bagi manusia, menciptakan sesuatu lebih sukar dari pada mengulangi segala daya upaya, kesungguhan dan lain sebagainya. Dalam usahanya itu mereka melakukan kesalahan berulang kali, baru sampai kepada yang dimaksud. Setelah sampai kepada yang dicita-citakannya itu, tentu mengulang membuatnya kembali dengan mudah baginya, tidak membutuhkan tenaga lagi seperti memulainya, sebab segala sesuatu telah terbayang dalam benaknya bagaimana cara-cara membuatnya itu. Adapun bagi Tuhan tak ada yang lebih mudah atau lebih sukar. Semuanya mudah bagi Allah SWT.
Kata-kata "lebih mudah" ini diberi komentar pula dengan kalimat "Dan bagi-Nyalah sifat Yang Maha Tinggi di langit dan di bumi". Allah SWT itu tunggal di segala langit dan bumi dengan segala sifat-sifat-Nya, tidak ada sesuatupun yang berserikat dengan-Nya. Tidak ada sesuatu yang serupa dengan-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kata-kata "Perkasa" di sini berarti: yang menang, yang dapat membuat apa yang dikehendaki. "Bijaksana" berarti mengendalikan segala makhluk dengan teliti dan dengan batas-batasnya.
D. Tafsir Surah Ar Rum Ayat 28
Ayat ini menerangkan perumpamaan yang lain yang diberikan Allah SWT. Perumpamaan itu masih berkisar pada fakta kehidupan manusia itu sendiri sesuai pula dengan tingkatan akal pikiran mereka. sehingga mereka dapat mengambil pelajaran dari perumpamaan itu. serta menyifati Allah dengan segala sifat-sifat kesempurnaan yang pantas bagi-Nya.
Dalam ayat ini adalah suatu misal bagi orang-orang yang menyembah di samping Allah, beberapa tuban yang lain, serta menjadikan tuhan-tuhan itu sebagai sembahan yang mereka sembah. Bahkan mereka mengutamakan kesetiaan kepada tuhan-tuhan itu sendiri pada diri mereka sendiri.
Dalam misal itu kaum musyrik Mekah di suruh memperhatikan diri mereka sendiri dan kedudukan yang ada antara mereka dan budak-budak mereka sendiri dan kedudukan yang ada antara mereka dengan budak-budak mereka. Apakah mereka, sebagai tuan mau menyerahkan kepada budak-budak yang mereka miliki itu semua milik mereka. dan mengikut sertakan budak-budak itu dalam urusan harta benda dan kesenangan yang telah diberikan Allah kepada mereka, sehingga budak-budak itu merupakan saingan dan serikat mereka dan dapat pula mengendalikan harta benda dan kesenangan itu?. Apakah para tuan-tuan pemilik budak dapat menerima ketentuan bahwa bagi budak-budak mereka itu ada kekuasaan atas apa yang mereka miliki. sehingga mereka tidak dapat bertindak atas milik mereka sebelum mendapat kerelaan dan persetujuan dari budak mereka?. Hal itu tentu tidak akan diterima dan disukai oleh tuan mereka. Andaikata hal itu dapat diterimanya. tentu mereka tidak mempunyai kekuasaan lagi.
Persoalan itu terjadi dua macam makhluk Allah yaitu antara tuan-tuan dan budak-budak mereka dalam mengurus dan menikmati rezeki, harta dan nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka. Tuan tidak mau mengalah sedikitpun kepada budaknya dalam menguasai hartanya.
Allah SWT sebagai pemilik segala sesuatu, Maha Kuasa lagi Maha Perkasa dan tidak akan mau dijadikan oleh orang-orang musyrik berserikat dengan makhluk yang diciptakan-Nya yang berupa patung-patung itu sebagaimana mereka sendiri tidak akan mau berserikat dengan budak-budaknya dalam mengurus dan menguasai milik-Nya. Setiap orang yang menggunakan akal dan pikirannya yang sehat akan memahami perumpamaan itu. Tindakan orang-orang musyrik itu merupakan penghinaan bagi Allah SWT.
Perumpamaan itu ditujukan Allah SWT kepada kaum yang mempersekutukan Nya, yang menyembah selain dari-Nya, dan menjadikan bagi-Nya saingan-saingan. Padahal mereka mengakui bahwa sekutu-Nya itu terdiri dari patung-patung dan berhala-berhala adalah hamba dan milik Tuhan. Hal ini jelas ada perkataan mereka di waktu mengucapkan talbiah dan doa ketika mereka melakukan haji: Apakah kaum musyrikin itu tetap pada pendirian mereka bahwa bagi Allah itu ada sekutu, sedang mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya, setelah adanya keterangan yang jelas beserta argumentasi yang sangat kuat itu?. Mereka akan menerima dalil itu dan ada pula yang tidak. Kebanyakan kaum musyrik itu buta mata mereka dan jiwanya berpenyakit sehingga mereka tidak melihat keterangan yang jelas dan dalil yang kuat itu.
Ayat ini ditutup dengan kalimat "Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal". Hanya orang-orang yang mempergunakan akalnya yang dapat mengambil manfaat dari ayat-ayat suci Alquran, serta mendapat petunjuk dan pelajaran daripadanya.
وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ وَلَهُ الْمَثَلُ الْأَعْلَى فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Ayat ini juga merupakan natijah ayat terdahulu. Ayat ini menetapkan bahwa siapa yang memiliki semua langit dan bumi, Dialah yang memulai kejadiannya, dan Dia pula yang mengembalikannya sesudah mati seperti semula. Dalam surat ini pada ayat 11 tersebut di atas telah disebutkan mengenai permulaan kejadian dan pengembaliannya setelah ia mati. Hal itu diulang lagi di sini untuk menguatkan pernyataan itu setelah diterangkan bukti kebesaran Allah SWT tersebut di atas. Di sini ditambahkan sesuatu yang baru, yaitu kalimat "Dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya". Dalam ayat ini ada kata-kata "lebih mudah" yakni menghidupkan adalah lebih mudah bagi Allah dari pada penciptaannya semula. Akan tetapi lebih mudahnya menghidupkan kembali dari pada menciptakan semua itu adalah dengan membandingkannya kepada kebiasaan yang berlaku pada manusia, bukan dihubungkan kepada Allah, sebab bagi Allah semuanya adalah mudah. Allah tidak akan merasa berat mengadakan sesuatu apapun. Allah SWT berfirman:
إنما أمره إذا أراد شيئا أن يقول له كن فيكون
Artinya :
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepada-Nya: "Jadilah! Maka terjadilah ia. (Q.S. Yasin: 82)
Jadi bagi Allah, mengadakan hal-hal kecil maupun besar adalah sama saja.
Maka kata-kata "lebih muduh" di sini ditinjau dari segi kesanggupan manusia, tentang segala sesuatu yang dibikinnya. Bagi manusia, menciptakan sesuatu lebih sukar dari pada mengulangi segala daya upaya, kesungguhan dan lain sebagainya. Dalam usahanya itu mereka melakukan kesalahan berulang kali, baru sampai kepada yang dimaksud. Setelah sampai kepada yang dicita-citakannya itu, tentu mengulang membuatnya kembali dengan mudah baginya, tidak membutuhkan tenaga lagi seperti memulainya, sebab segala sesuatu telah terbayang dalam benaknya bagaimana cara-cara membuatnya itu. Adapun bagi Tuhan tak ada yang lebih mudah atau lebih sukar. Semuanya mudah bagi Allah SWT.
Kata-kata "lebih mudah" ini diberi komentar pula dengan kalimat "Dan bagi-Nyalah sifat Yang Maha Tinggi di langit dan di bumi". Allah SWT itu tunggal di segala langit dan bumi dengan segala sifat-sifat-Nya, tidak ada sesuatupun yang berserikat dengan-Nya. Tidak ada sesuatu yang serupa dengan-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kata-kata "Perkasa" di sini berarti: yang menang, yang dapat membuat apa yang dikehendaki. "Bijaksana" berarti mengendalikan segala makhluk dengan teliti dan dengan batas-batasnya.
D. Tafsir Surah Ar Rum Ayat 28
ضَرَبَ لَكُمْ مَثَلًا مِنْ أَنْفُسِكُمْ هَلْ لَكُمْ مِنْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ مِنْ شُرَكَاءَ فِي مَا رَزَقْنَاكُمْ فَأَنْتُمْ فِيهِ سَوَاءٌ تَخَافُونَهُمْ كَخِيفَتِكُمْ أَنْفُسَكُمْ كَذَلِك نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Ayat ini menerangkan perumpamaan yang lain yang diberikan Allah SWT. Perumpamaan itu masih berkisar pada fakta kehidupan manusia itu sendiri sesuai pula dengan tingkatan akal pikiran mereka. sehingga mereka dapat mengambil pelajaran dari perumpamaan itu. serta menyifati Allah dengan segala sifat-sifat kesempurnaan yang pantas bagi-Nya.
Dalam ayat ini adalah suatu misal bagi orang-orang yang menyembah di samping Allah, beberapa tuban yang lain, serta menjadikan tuhan-tuhan itu sebagai sembahan yang mereka sembah. Bahkan mereka mengutamakan kesetiaan kepada tuhan-tuhan itu sendiri pada diri mereka sendiri.
Dalam misal itu kaum musyrik Mekah di suruh memperhatikan diri mereka sendiri dan kedudukan yang ada antara mereka dan budak-budak mereka sendiri dan kedudukan yang ada antara mereka dengan budak-budak mereka. Apakah mereka, sebagai tuan mau menyerahkan kepada budak-budak yang mereka miliki itu semua milik mereka. dan mengikut sertakan budak-budak itu dalam urusan harta benda dan kesenangan yang telah diberikan Allah kepada mereka, sehingga budak-budak itu merupakan saingan dan serikat mereka dan dapat pula mengendalikan harta benda dan kesenangan itu?. Apakah para tuan-tuan pemilik budak dapat menerima ketentuan bahwa bagi budak-budak mereka itu ada kekuasaan atas apa yang mereka miliki. sehingga mereka tidak dapat bertindak atas milik mereka sebelum mendapat kerelaan dan persetujuan dari budak mereka?. Hal itu tentu tidak akan diterima dan disukai oleh tuan mereka. Andaikata hal itu dapat diterimanya. tentu mereka tidak mempunyai kekuasaan lagi.
Persoalan itu terjadi dua macam makhluk Allah yaitu antara tuan-tuan dan budak-budak mereka dalam mengurus dan menikmati rezeki, harta dan nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka. Tuan tidak mau mengalah sedikitpun kepada budaknya dalam menguasai hartanya.
Allah SWT sebagai pemilik segala sesuatu, Maha Kuasa lagi Maha Perkasa dan tidak akan mau dijadikan oleh orang-orang musyrik berserikat dengan makhluk yang diciptakan-Nya yang berupa patung-patung itu sebagaimana mereka sendiri tidak akan mau berserikat dengan budak-budaknya dalam mengurus dan menguasai milik-Nya. Setiap orang yang menggunakan akal dan pikirannya yang sehat akan memahami perumpamaan itu. Tindakan orang-orang musyrik itu merupakan penghinaan bagi Allah SWT.
Perumpamaan itu ditujukan Allah SWT kepada kaum yang mempersekutukan Nya, yang menyembah selain dari-Nya, dan menjadikan bagi-Nya saingan-saingan. Padahal mereka mengakui bahwa sekutu-Nya itu terdiri dari patung-patung dan berhala-berhala adalah hamba dan milik Tuhan. Hal ini jelas ada perkataan mereka di waktu mengucapkan talbiah dan doa ketika mereka melakukan haji: Apakah kaum musyrikin itu tetap pada pendirian mereka bahwa bagi Allah itu ada sekutu, sedang mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya, setelah adanya keterangan yang jelas beserta argumentasi yang sangat kuat itu?. Mereka akan menerima dalil itu dan ada pula yang tidak. Kebanyakan kaum musyrik itu buta mata mereka dan jiwanya berpenyakit sehingga mereka tidak melihat keterangan yang jelas dan dalil yang kuat itu.
Ayat ini ditutup dengan kalimat "Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal". Hanya orang-orang yang mempergunakan akalnya yang dapat mengambil manfaat dari ayat-ayat suci Alquran, serta mendapat petunjuk dan pelajaran daripadanya.
No comments:
Post a Comment