Artinya:
” Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus,[1] yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya),[2] yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu ”.
B. Tafsir Al-Mufrodat
Nurun : Yang memiliki cahaya, yakni pemberi petunjuk kepada penghuni langit dan bumi, yang dimaksud ialah seluruh alam.
Al-Misykati : Kata yang diarabkan dari kata habasyah; yang dimaksud ialah lubang pada dinding yang tidak tembus.
Az-Zujajah : Lampu gantung yang terbuat dari kaca.
Ad-Durriyyu: Yang menerangi dan berkilau seperti mutiara.
La syarqiyyah wala gharbiyyah: Diterangi oleh matahari sejak terbit hingga terbenamnya, tidak terlindung oleh gunung maupun pohon, tidak pula terhalangi oleh sesuatu apapun.
Yadhribu ‘I-Lahu al-amtsala : Allah menjelaskan perumpamaan-perumpamaan kepada manusia.
C. Pengertian Secara Umum
Allah telah menjelaskan bahwa Dia telah menurunkan didalam surat ini ayat-ayat yang menjelaskan segala apa yang dibutuhkan oleh manusia demi kebaikan keadaan mereka didunia dan diakhirat, seperti syari’at, hukum, adab dan akhlaq. Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Dia adalah Cahaya yang menerangi langit dan bumu dengan menaburkan kepadanya ayat-ayat kauniyyah dan ayat-ayat yang diturunkan kepada para Rasul-Nya, sebagai dalil atas wujud, keesaan dan seluruh sifat-Nya, seperti maha Kuasa, Maha mengetahui, dan lain sebaginya. Semua ayat itu menunjukan mereka kepada tercapainya kebaikan mereka didunia dan diakhirat.
D. Penjelasan
Allah memberi petunjuk kepada penghuni langit dan bumi dengan dalil-dalil yang Dia pancangkan didalam alam, dan dengan ayat-ayat yang jelas yang Dia turunkan kepada para Rasul-Nya. Dengan cahaya-Nya yang menerangi jalan yang haq. Mereka mendapat petunjuk, dan dengan petunjuk-Nya mereka selamat dari kebingungan kesesatan.
Perumpamaan kejelasan cahaya-Nya adalah seperti sebuah celah dinding yang tak tembus sehingga tidak diterpa angin yang dapat memadamkan cahaya, dan membantu pula menghimpun cahaya dan memantulkanya kearah tertentu yang didalmnya ada yakni diletakkan, pelita besar. Pelita itu didalam kaca yang sangat bening dan kaca itu sedemikian bersih dan bening sehingga ia sehingga bagaikan bintang yang bercahaya serta mengilap seperti mutiara. Pelita itu dinyalakan dengan bahan bakar berupa mnyak dari pohon yang ditanam dilokasi yang diberkati sehingga tanah dan tempat tumbuhnya baik yaitu pohon zaitun yang tumbuhnya ditengah, tidak disebelah timur dan tidak pula disebelah barat sehingga ia selalu ditempa oleh cahaya matahari sepanjang hari. Karena jernihnya, hampir saja minyaknya menerangi sekelilingnya walaupun pelita itu tidak disentuh api.
Cahaya diatas yakni berlapis cahaya. Demikian perumpamaan petunjuk Allah yang terbenteng dialam raya ini dan yang diturunkanya melalui para Nabi. Allah membimbng kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan yang bersifat indriawi dan konkret dan memaparkanya bagi manusia untuk memudahkan mereka memahami hak-hal yang abstrak dan Allah maha Mengetahiu segala sesuatu termasuk mereka yang mempersiapkan diri untukmenerima petunjuk-petunjuk-Nya.
Demikianlah gambaran qalbu Mu’min: ia akan melakukan petunjuk sebelum pengetahuan datang kepadanya. Jika kemudian pengetahuan datang kepadanya, maka ia akan semakin mendapat cahaya dan semakin mengikuti petunjuk.
Yahya bin Salam mengatkan, kalbu orang mu’min mengtahui yang haq sebelum ia dijelaskan kepadanya, karena adanya kesesuaian antara yang haq itu dengan qolbunya. Inilah yang dimaksud dari sabda Rasulullah SAW :
Artinya: “ Berhati-hatilah terhadap firasat oranga mu’min karena dia melihat dengan cahaya Allah”.
Cahaya itu adalah cahaya yang berlipat-lipat, karena cahaynya misykat, kaca, pelita dan minyak bersatu saling menambah, sehingga tidak tersisa lagi sesuatu pun yang dapat menambah terang benderangnya cahaya.
Hal itu disebabkan, apabila pelita berada ditempat yang sempit seperti misykat, maka lebih menerangi tempat itu dan cahayanya akan lebih berkumpul. Berbeda dengan apabila pelita itu berada ditempat yang luas, karena cahay akan menyebar dan meluas. Tabung kaca merupakan lat yang paling dapat menambah penerangan, demikian pula minyak dan kebeningnya.
Allah kan memberikan taufiq kepada siapapun yang Diakehendaki diantara para hambanya untuk mendapat yag haq dengan jalan memperhatikan, merenungkan dan mengarahkan pikiran guna menempuh jalan yang lurus yang mengantarkanya kepada Dia. Adapun orang yang tidak mau berfikir, maka tak ubahnya seperti orang buta: sama saja baginya, apakah dia berada dimalam yang gelap gulita ataukah berada ditengah siang bolong. Diriwayatkan dari Ali ra:
“Allah memberikan cahaya kepada langit dan bumi, serta menyebarkan dan menaburkan yang haq kapadanya, sehingga ia menjadi terang karena cahayanya”.
Faidah dibuatnya perumpamaan
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia tentang berlipt-lipatnya hidayah mereka sesuai dengan keadaan kebutuhan mereka, karena didalam perumpamaan itu terdapat banyak faedah, sekaitan dengan nasehat dan petunjuk. Sebab dengan perumpamaan itu pikiran menjadi terbuka untuk mencapai yang haq, dan dengan perumpamaan itu jiwa menjadi damai karena makna-maknaifahamkan melalui gambaran visual yang sudah sangat dikenal. Masih banyak alasan lain didalam Al-qur’an, mengapa Allah membuat perumpaan itu. Jarang sekali Allah mengemukaakan hijjah atau menegakkan dalil, kecuali Dia membuat perumpamaan tentang itu, agar lebi dapat dicerna oleh akal dan memberikan kepuasan.
Allah maha mengetahui segala sesuatu, maka Dia memberikan hidayah-Nya kepada orang yang berhak menerimanya diantara orang-orang yang jiwanya bersih dan mempunyai kesiapan untuk meneriam berbagai hukum serta adab agama. Demikian puls Allah, membuat berbagai cara untuk menerima petunjuk itu sesuai de ngan kedaan para hamba-Nya dalam rangka menegakkan hujjah atas mereka.
Disini terdapat janji dan kabr gembira bagi orang yang memikirkan dan memperhatikan perumpamaan tersebut, serta ancaman dan peringatan bagi orang yang tidak memikirkanya tidak pula memperhatikanya, karena dia tidak akan dpat menacapai yang haq dan tidak mengikuti jalan-Nya.
Ringkasanya adalah, sebagimana dikatakan oleh Ibnu Abbas: Ini adalah perumpamaan cahaya dan hidayah Allah didalam Qalbu orang Mu’min. Minyak yang bening hampir bersinat terang benderang sebelum tersentuh api, lalu ketika api menyentuhnya, maka ia menjadi semakin terang benderang. Demikian halnya dengan qolbu orang mu’min, ia hampir mengikuti petunjuk sebelum pengetahuan datang kepadanya lalu tatkala pengethuan itu datang kepadanaya, maka ia semakin mendapat perunjuk dan cahaya.
B. Tafsir Al-Mufrodat
Nurun : Yang memiliki cahaya, yakni pemberi petunjuk kepada penghuni langit dan bumi, yang dimaksud ialah seluruh alam.
Al-Misykati : Kata yang diarabkan dari kata habasyah; yang dimaksud ialah lubang pada dinding yang tidak tembus.
Az-Zujajah : Lampu gantung yang terbuat dari kaca.
Ad-Durriyyu: Yang menerangi dan berkilau seperti mutiara.
La syarqiyyah wala gharbiyyah: Diterangi oleh matahari sejak terbit hingga terbenamnya, tidak terlindung oleh gunung maupun pohon, tidak pula terhalangi oleh sesuatu apapun.
Yadhribu ‘I-Lahu al-amtsala : Allah menjelaskan perumpamaan-perumpamaan kepada manusia.
C. Pengertian Secara Umum
Allah telah menjelaskan bahwa Dia telah menurunkan didalam surat ini ayat-ayat yang menjelaskan segala apa yang dibutuhkan oleh manusia demi kebaikan keadaan mereka didunia dan diakhirat, seperti syari’at, hukum, adab dan akhlaq. Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Dia adalah Cahaya yang menerangi langit dan bumu dengan menaburkan kepadanya ayat-ayat kauniyyah dan ayat-ayat yang diturunkan kepada para Rasul-Nya, sebagai dalil atas wujud, keesaan dan seluruh sifat-Nya, seperti maha Kuasa, Maha mengetahui, dan lain sebaginya. Semua ayat itu menunjukan mereka kepada tercapainya kebaikan mereka didunia dan diakhirat.
D. Penjelasan
Allah memberi petunjuk kepada penghuni langit dan bumi dengan dalil-dalil yang Dia pancangkan didalam alam, dan dengan ayat-ayat yang jelas yang Dia turunkan kepada para Rasul-Nya. Dengan cahaya-Nya yang menerangi jalan yang haq. Mereka mendapat petunjuk, dan dengan petunjuk-Nya mereka selamat dari kebingungan kesesatan.
Perumpamaan kejelasan cahaya-Nya adalah seperti sebuah celah dinding yang tak tembus sehingga tidak diterpa angin yang dapat memadamkan cahaya, dan membantu pula menghimpun cahaya dan memantulkanya kearah tertentu yang didalmnya ada yakni diletakkan, pelita besar. Pelita itu didalam kaca yang sangat bening dan kaca itu sedemikian bersih dan bening sehingga ia sehingga bagaikan bintang yang bercahaya serta mengilap seperti mutiara. Pelita itu dinyalakan dengan bahan bakar berupa mnyak dari pohon yang ditanam dilokasi yang diberkati sehingga tanah dan tempat tumbuhnya baik yaitu pohon zaitun yang tumbuhnya ditengah, tidak disebelah timur dan tidak pula disebelah barat sehingga ia selalu ditempa oleh cahaya matahari sepanjang hari. Karena jernihnya, hampir saja minyaknya menerangi sekelilingnya walaupun pelita itu tidak disentuh api.
Cahaya diatas yakni berlapis cahaya. Demikian perumpamaan petunjuk Allah yang terbenteng dialam raya ini dan yang diturunkanya melalui para Nabi. Allah membimbng kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan yang bersifat indriawi dan konkret dan memaparkanya bagi manusia untuk memudahkan mereka memahami hak-hal yang abstrak dan Allah maha Mengetahiu segala sesuatu termasuk mereka yang mempersiapkan diri untukmenerima petunjuk-petunjuk-Nya.
Demikianlah gambaran qalbu Mu’min: ia akan melakukan petunjuk sebelum pengetahuan datang kepadanya. Jika kemudian pengetahuan datang kepadanya, maka ia akan semakin mendapat cahaya dan semakin mengikuti petunjuk.
Yahya bin Salam mengatkan, kalbu orang mu’min mengtahui yang haq sebelum ia dijelaskan kepadanya, karena adanya kesesuaian antara yang haq itu dengan qolbunya. Inilah yang dimaksud dari sabda Rasulullah SAW :
Artinya: “ Berhati-hatilah terhadap firasat oranga mu’min karena dia melihat dengan cahaya Allah”.
Cahaya itu adalah cahaya yang berlipat-lipat, karena cahaynya misykat, kaca, pelita dan minyak bersatu saling menambah, sehingga tidak tersisa lagi sesuatu pun yang dapat menambah terang benderangnya cahaya.
Hal itu disebabkan, apabila pelita berada ditempat yang sempit seperti misykat, maka lebih menerangi tempat itu dan cahayanya akan lebih berkumpul. Berbeda dengan apabila pelita itu berada ditempat yang luas, karena cahay akan menyebar dan meluas. Tabung kaca merupakan lat yang paling dapat menambah penerangan, demikian pula minyak dan kebeningnya.
Allah kan memberikan taufiq kepada siapapun yang Diakehendaki diantara para hambanya untuk mendapat yag haq dengan jalan memperhatikan, merenungkan dan mengarahkan pikiran guna menempuh jalan yang lurus yang mengantarkanya kepada Dia. Adapun orang yang tidak mau berfikir, maka tak ubahnya seperti orang buta: sama saja baginya, apakah dia berada dimalam yang gelap gulita ataukah berada ditengah siang bolong. Diriwayatkan dari Ali ra:
“Allah memberikan cahaya kepada langit dan bumi, serta menyebarkan dan menaburkan yang haq kapadanya, sehingga ia menjadi terang karena cahayanya”.
Faidah dibuatnya perumpamaan
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia tentang berlipt-lipatnya hidayah mereka sesuai dengan keadaan kebutuhan mereka, karena didalam perumpamaan itu terdapat banyak faedah, sekaitan dengan nasehat dan petunjuk. Sebab dengan perumpamaan itu pikiran menjadi terbuka untuk mencapai yang haq, dan dengan perumpamaan itu jiwa menjadi damai karena makna-maknaifahamkan melalui gambaran visual yang sudah sangat dikenal. Masih banyak alasan lain didalam Al-qur’an, mengapa Allah membuat perumpaan itu. Jarang sekali Allah mengemukaakan hijjah atau menegakkan dalil, kecuali Dia membuat perumpamaan tentang itu, agar lebi dapat dicerna oleh akal dan memberikan kepuasan.
Allah maha mengetahui segala sesuatu, maka Dia memberikan hidayah-Nya kepada orang yang berhak menerimanya diantara orang-orang yang jiwanya bersih dan mempunyai kesiapan untuk meneriam berbagai hukum serta adab agama. Demikian puls Allah, membuat berbagai cara untuk menerima petunjuk itu sesuai de ngan kedaan para hamba-Nya dalam rangka menegakkan hujjah atas mereka.
Disini terdapat janji dan kabr gembira bagi orang yang memikirkan dan memperhatikan perumpamaan tersebut, serta ancaman dan peringatan bagi orang yang tidak memikirkanya tidak pula memperhatikanya, karena dia tidak akan dpat menacapai yang haq dan tidak mengikuti jalan-Nya.
Ringkasanya adalah, sebagimana dikatakan oleh Ibnu Abbas: Ini adalah perumpamaan cahaya dan hidayah Allah didalam Qalbu orang Mu’min. Minyak yang bening hampir bersinat terang benderang sebelum tersentuh api, lalu ketika api menyentuhnya, maka ia menjadi semakin terang benderang. Demikian halnya dengan qolbu orang mu’min, ia hampir mengikuti petunjuk sebelum pengetahuan datang kepadanya lalu tatkala pengethuan itu datang kepadanaya, maka ia semakin mendapat perunjuk dan cahaya.
Daftar Pustaka
Ø Musthofa Ahmad, Tafsir Al-Maraghi. ( Semarang: Toha Putra, 1989 )
Ø Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah (Jakarta : Lentera Hati, 2009 )
Keterangan:
[1] Yang dimaksud lubang yang tidak tembus (misykat) ialah suatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus sampai kesebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang lain.
[2] Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik
No comments:
Post a Comment