Artinya
“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa, di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah, dan sungai-sungai dari susu yang tiada berubah rasanya, dan sungai-sungai dari khamr yang lezat bagi para peminum(nya), dan sungai-sungai dari madu yang telah tersaring, dan mereka memeroleh didalamnya segala buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka sama dengan dia yangkekal dalam mereka dan mereka diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong usus mereka” (Q.s. Muhammad :15)
B. Tafsiru Al-Mufrodat [1]
: Perumpamaan surga. Maksudnya sifat surga
: Berubah rasa dan bau karena lama tidak mengalir. Ada pun fi’ilnya asana dan asana (huruf sin di fathahkan, wazannya sama dengan dhoroba dan nashara, atau dikasrohkan seperti halnya alima.
: Muannash dari lazadha, yang sama artinya dengan al-ladzidz (yang enak).
: Di jernihkan. Maksudnya, tidak tercampur dengan lilin maupun kotoran lebah, dan tidak ada seekor lebah pun yang mati di dalamnya, seperti halnya madu dunia.
: Jama’ dari ma’yin atau mi’yan (huruf mim di fathahkan ataudi kasrohkan). Artinya usus yang ada di dalam perut.
C. Penjelasan
Setelah ayat yang lalu menyatakan perbedaan antara orang-orang yang beriman dan yang kafir serta perbedaan balasan dan ganjaran mereka, ayat diatas menguraikan sekelumit dari ganjaran yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa. Ayat diatas menyatakan : perumpamaan, yakni sifat dan keadaan yang sangat indah, dari surga yang dijanjikan oleh Allah kepada orang-orang yang bertakwa sungguh sangat mengagumkan dan tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.[2] Sama dengan menurut Ikrimah dalam kitab tafsir Ibnu Katsir, bahwa makna yang dimaksud adalah sifat-sifat surga.[3] Di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, dan sungai-sugai dari susu yang tiada berubah rasanya betapa lama pun di simpan, dan sungai-sungai dari khamr, yakni arak, yang lezat rasanya, menyenangkan lagi baik dampaknya bagi para peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang telah tersaring sehingga tidak lagi bercampur dengan sesuatu selainnya.[4] Ahmad dan Tirmidzi mengeluarkan sebuah riwayat yang disahkan oleh at-Tirmidzi. Diriwayatkan pula oleh al-Mundzir dan Ibnu Mardawaih , al-Baihaqi dari Muawiyah bin Haidah, ia mengatakan: pernah saya mendengar Rosululloh saw bersabda:[5]
“Dalam surga terdapat lautan susu, lauta air, lautan madu dan lautan arak, kemudian dari lautan-lautan itu bercabang-cabanglah sungai.”
Dan di samping itu mereka memeroleh juga di dalamnya segala macam dan jenis buah-buahan dan mereka juga memperoleh ampunan dari Tuhan mereka, apakah orang yang memperoleh kenikmatan surgawi itu sama dengan dia, yakni orang, yang kekal di dalam neraka dan mereka diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga karena panasnya memotong-motong usus mereka? Pasti tidak sama.
Berbeda-beda pendapat ulama tentang predikatdari kalimat perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang bertaqwa. Ada yang menyatakan bahwa predikatnya tidak disebutkan, lalu memunculkan dalam benaknya kalimat yang sesuai, antara lain seperti yang oenulis kemukakan di atas.ada juga yang menjelaskan penggalan ayat ini berkedudukan sebagai predikat dan subjeknya tidak di sebut, yakni”berikut ini akan kami jelaskan kepada kamu perumpamaan surga yang dijanjikan kepda orang-orang yang bertaqwa.” Ulama lain menjadikan predikatnya adalah kalimat “ sama dia yang kekal dalam neraka” yakni apakah dia yang menghuni surga yang sifatnya seperti dijelaskan ini sama dengan dia yang kekal dalam neraka?’[6]
Kata (مثل) matsal digunakan dalam arti perumpamaan yang aneh atau menakjubkan. Perlu diingat bahwa matsal bukan berarti persamaan antara dua hal, ia hanya perumpamaan. Memang ada perbedaan antara matsal dan mitsil. Yang kedua (mitsil) mengandung makna persamaan bahkan keserupaan atau kemiripan, sedang matsal tekanannya lebih banyak pada keadaan atau sifat yang menakjubkan yang dilukiskan oleh kalimat matsal itu. Keadaan surga tidak dapat dipersamakan dengan sesuatu karena seperti sabda Nabi Saw : “ disana terdapat apa yang belum pernah dilihat mata, atau di dengar oleh telinga, dan terlintas dalam benak manusia.”
Al-quran menjelaskan tentang surga dengan berbagai cara. Memang, pada umumnya deangan menampilkan gambvaran yang bersifat material da sesekali disertai dengan kenkmatan ruhani, yakni bersifat spiritual. Demikian juga sebaliknya ketika menguraikan tentang neraka. Allah maha mengetahiu tentang hamba-hamvbanya. Dan diantar mereka tidak terdorong untuk melakukan kebajikan tanpa dijanjikan dengan kenikmatan jasmani, dan juga yang sangat mengandalkan kenikmatran ruhani. Ada manusia yang tidak memenuhierintah kecuali dengan ancaman dan ada juga yang malu maelakukan aneka kebajikan karena malu kepada Allah yang telah menganugrahkannya aneka kenikamatan sehingga tampil mengabdi sebagai tanda sykur kepadanya. Demikian manusia berbeda-beda walau semua menyatu pada fitrah kejadian. Nah, aneka kecenderungan itu di perhatikan oleh al-quran sehingga tampil pula firman-firmannya dengan berbagai cara dan pendekatan. Kita tidak harus menilai para filosof telah keluar dari tuntunan agama bila mereka menyatakan bahwa ayat-ayat yang menguraikan surga seperti ayat diatas ditujukan kepada orang awamyang tidak mengenal secara baikkenikmatan ruhani walau sebenarnya kenikmatan surga dan siksa neraka hanya ruhani.sekali lagi kita tidak perlu menilai mereka telah keluar dari koridor agama. Namun demikian kita tidak akan juga berspekulasidan berkata bahwa kenikmatan surgawi hanya ruhani karena terlalu banyak ayat al-quran dan hadits yang menggambarkannya sebagai kenikmatan jasmani walau dalam saat yang sama menekankan bahwa kenikmatan jasmani tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kenikmatan ruhani. “ Sedikit ridha dari Allah lebih besar daripada surga dan istana–istananya.”(Q.S.at-Taubat (9):72)
Kata “anhar” adalah bentuk jama’ dari kata nahr, yaitu aliran air yang sangat besar dan yang biasanya bukan buatan manusia tetapi alami. Dalam kehidupan dunia kita tidak menemukan sungai yang mengalir darinya susu, madu atau khamr. Anda dapat berkata bahwa di akhirat nanti akan ada semacam itu, atau anda memahami kata anhar disini dalam pengertian metafora, yakni di sana akan ditemukan dengan mudahdan banyak minum-minuman itu seperti halnya menemukan kehidupan dunia ini aliran air. Bukankah, seperti penulis kemukakan diatas, bahwa inui adalah matsal yang bukan berarti sama?
Susunan penyebutan ragam sungai-sungai oleh ayat diatas menjadi perhatian sementara ulama. Pakar bahasa dan tafsir, Abu Hayyan misalnya berpendapat bahwa ayat di atas di mulai dengan menyebut air adalah sesuatu yang tidak dapat diabaikan dan sangat di butuhkan, alau susu karena ia bagi masyarakat arab dan selainya dinilai sebagai salah sat bahan pangan pokok, lalu disusul dengan khamr karena kalu seseorang telah puas dengan makan dan minuman, timbul keinginannya untuk merasakan sesuat yang lezat, dan yang terakhir disebut adalah madu karena ia adalah obat dari sekian banyak dampak buruk makanan dan minuman.
Al-biqa’i menulis bahwa kebih baik dari penjelasan dia atas dengan mengatakan bahwa karena konteks ayat ini memberi perumpamaan yang menakjubkan, yang pertama disebut adalah air karena air bagi masyarakat arab sangat sulit ditemukan dan amat mereka butuhkandan karena perubahan rasanya merupakan hal aneh sehingga di nafikannya. Sesudah air adalah susu, ia lebih sedikit dari air yang mengalirnya di sungai lebih menakjubkan. Kerena itu susulah yang di sebut pada kali kedua. Selanjutnya, yang disebut pada kali ketiga adalah khamr karena ia lebih sedikit dari susu. Selanjutnya, karena madu adalah minuman yang paling baik dan paling sedikit, ia yang disebut terakhir. Allah swt mengingatkan dengan penyebutan jenis-jenis minuman itu tentang kemahakuasaanyamewujudkan apa yang dikehendaki baik melalui sebab-sebab maupun tanpa sebab (yang selama ini diketahui). Ketiga minuamn yang disebut disini, ada yang menjadi minuman dari bahan tertentu seperti khamr, ada juga yang merupakan bahan makanan dengan gizi sangat tinggi yaitu madu, sedangkan susu merupakan minuman yang menggabung keistimewaan khamr dan susuu. Semua yang disebut ini adalah cairan walau berbeda-beda rasa dan dampaknya sebagai pangan, obat, dan lain-lain. Air adalah su,ber hidup tumbuh-tumbuhandari tumbuhan yang di makan lahirlah susu, khamr, dan madu melalui proses tyang diketahui, tetapi di akherat nanti itu semua tidak memerlukan sebab-sebab yang kita ketahui dalam kehidupan dunia ini. Itu karena jelasnya nama/kekuasaan Allah di sana dan karena disana bukan lagi waktunya ujian dan cobaan. Demikian kiranya tulisan Al-Biqa’i.
Ayat diatas menjelaskan bahwa air yang tidak mengalir dan berubah adalah air yang membahayakan kesehatan. Dengan demikaian, ayat ini telah menjelaskan hal itu jauh beberapa abad sebelum di temukannya microskop. Kini, setelah di temukan microskop, orang dapat mengetahui bahwa pada air yang tidak mengalir dan berubah terdapat jutaan bakteri dan virus yang membahayakan kesehatan manusia dan hewan melalui berbagai macam penyakit.
Ayat diatas menyebut kata lys-syaribin/ bagi para peminum ketika berbicara tentang khamr. Ini karena ada orang-orang dalam kehidupan dunia ini yang tidak merasakan khamr, disamping ada jenis-jenis khamr yang oleh ortang tertentu dirasakan lezat dan oleh orang lain tidak. Nah, kalimat dari para peminum itu menjelaskan bahwa siapapun peminumnya pasti merasakan kelezatannya.
Penyebutan maghfiroh/ pengampunan Allah setelah penyebutan aneka kenikmatan jasmani diatas untuk menjelaskan bahwa di samping kenikmatan jasmani mereka juga memeroleh kenikmatan batin, memang ketersediaan rezeki yang bersifat material belum menjamin ketenganan batin, kecuali bila disertai dengan rasa damai akibat hubungan harmonis yang menghapus segala dosa, kecaman atau ganjalan hati. Bisa juga kata maghfiroh itu menunjuk kepada perolehan pengampunan Allah sebelum mereka masuk surga. Memang, kata dan tidak menunjukkan perurutan. Ia tidak berarti bahwa yang disebut kemudian harus terjadi setelah yang di sebut sebelumnya. Bisa saja yang di sebut sebelumnya justru terjadi setelah yang di sebut belakangan.
: Berubah rasa dan bau karena lama tidak mengalir. Ada pun fi’ilnya asana dan asana (huruf sin di fathahkan, wazannya sama dengan dhoroba dan nashara, atau dikasrohkan seperti halnya alima.
: Muannash dari lazadha, yang sama artinya dengan al-ladzidz (yang enak).
: Di jernihkan. Maksudnya, tidak tercampur dengan lilin maupun kotoran lebah, dan tidak ada seekor lebah pun yang mati di dalamnya, seperti halnya madu dunia.
: Jama’ dari ma’yin atau mi’yan (huruf mim di fathahkan ataudi kasrohkan). Artinya usus yang ada di dalam perut.
C. Penjelasan
Setelah ayat yang lalu menyatakan perbedaan antara orang-orang yang beriman dan yang kafir serta perbedaan balasan dan ganjaran mereka, ayat diatas menguraikan sekelumit dari ganjaran yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa. Ayat diatas menyatakan : perumpamaan, yakni sifat dan keadaan yang sangat indah, dari surga yang dijanjikan oleh Allah kepada orang-orang yang bertakwa sungguh sangat mengagumkan dan tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.[2] Sama dengan menurut Ikrimah dalam kitab tafsir Ibnu Katsir, bahwa makna yang dimaksud adalah sifat-sifat surga.[3] Di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, dan sungai-sugai dari susu yang tiada berubah rasanya betapa lama pun di simpan, dan sungai-sungai dari khamr, yakni arak, yang lezat rasanya, menyenangkan lagi baik dampaknya bagi para peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang telah tersaring sehingga tidak lagi bercampur dengan sesuatu selainnya.[4] Ahmad dan Tirmidzi mengeluarkan sebuah riwayat yang disahkan oleh at-Tirmidzi. Diriwayatkan pula oleh al-Mundzir dan Ibnu Mardawaih , al-Baihaqi dari Muawiyah bin Haidah, ia mengatakan: pernah saya mendengar Rosululloh saw bersabda:[5]
فى الجنة بحر اللبن وبحر العسل وبحر الخمر ثم تشقق الانهر منها بعد
“Dalam surga terdapat lautan susu, lauta air, lautan madu dan lautan arak, kemudian dari lautan-lautan itu bercabang-cabanglah sungai.”
Dan di samping itu mereka memeroleh juga di dalamnya segala macam dan jenis buah-buahan dan mereka juga memperoleh ampunan dari Tuhan mereka, apakah orang yang memperoleh kenikmatan surgawi itu sama dengan dia, yakni orang, yang kekal di dalam neraka dan mereka diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga karena panasnya memotong-motong usus mereka? Pasti tidak sama.
Berbeda-beda pendapat ulama tentang predikatdari kalimat perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang bertaqwa. Ada yang menyatakan bahwa predikatnya tidak disebutkan, lalu memunculkan dalam benaknya kalimat yang sesuai, antara lain seperti yang oenulis kemukakan di atas.ada juga yang menjelaskan penggalan ayat ini berkedudukan sebagai predikat dan subjeknya tidak di sebut, yakni”berikut ini akan kami jelaskan kepada kamu perumpamaan surga yang dijanjikan kepda orang-orang yang bertaqwa.” Ulama lain menjadikan predikatnya adalah kalimat “ sama dia yang kekal dalam neraka” yakni apakah dia yang menghuni surga yang sifatnya seperti dijelaskan ini sama dengan dia yang kekal dalam neraka?’[6]
Kata (مثل) matsal digunakan dalam arti perumpamaan yang aneh atau menakjubkan. Perlu diingat bahwa matsal bukan berarti persamaan antara dua hal, ia hanya perumpamaan. Memang ada perbedaan antara matsal dan mitsil. Yang kedua (mitsil) mengandung makna persamaan bahkan keserupaan atau kemiripan, sedang matsal tekanannya lebih banyak pada keadaan atau sifat yang menakjubkan yang dilukiskan oleh kalimat matsal itu. Keadaan surga tidak dapat dipersamakan dengan sesuatu karena seperti sabda Nabi Saw : “ disana terdapat apa yang belum pernah dilihat mata, atau di dengar oleh telinga, dan terlintas dalam benak manusia.”
Al-quran menjelaskan tentang surga dengan berbagai cara. Memang, pada umumnya deangan menampilkan gambvaran yang bersifat material da sesekali disertai dengan kenkmatan ruhani, yakni bersifat spiritual. Demikian juga sebaliknya ketika menguraikan tentang neraka. Allah maha mengetahiu tentang hamba-hamvbanya. Dan diantar mereka tidak terdorong untuk melakukan kebajikan tanpa dijanjikan dengan kenikmatan jasmani, dan juga yang sangat mengandalkan kenikmatran ruhani. Ada manusia yang tidak memenuhierintah kecuali dengan ancaman dan ada juga yang malu maelakukan aneka kebajikan karena malu kepada Allah yang telah menganugrahkannya aneka kenikamatan sehingga tampil mengabdi sebagai tanda sykur kepadanya. Demikian manusia berbeda-beda walau semua menyatu pada fitrah kejadian. Nah, aneka kecenderungan itu di perhatikan oleh al-quran sehingga tampil pula firman-firmannya dengan berbagai cara dan pendekatan. Kita tidak harus menilai para filosof telah keluar dari tuntunan agama bila mereka menyatakan bahwa ayat-ayat yang menguraikan surga seperti ayat diatas ditujukan kepada orang awamyang tidak mengenal secara baikkenikmatan ruhani walau sebenarnya kenikmatan surga dan siksa neraka hanya ruhani.sekali lagi kita tidak perlu menilai mereka telah keluar dari koridor agama. Namun demikian kita tidak akan juga berspekulasidan berkata bahwa kenikmatan surgawi hanya ruhani karena terlalu banyak ayat al-quran dan hadits yang menggambarkannya sebagai kenikmatan jasmani walau dalam saat yang sama menekankan bahwa kenikmatan jasmani tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kenikmatan ruhani. “ Sedikit ridha dari Allah lebih besar daripada surga dan istana–istananya.”(Q.S.at-Taubat (9):72)
Kata “anhar” adalah bentuk jama’ dari kata nahr, yaitu aliran air yang sangat besar dan yang biasanya bukan buatan manusia tetapi alami. Dalam kehidupan dunia kita tidak menemukan sungai yang mengalir darinya susu, madu atau khamr. Anda dapat berkata bahwa di akhirat nanti akan ada semacam itu, atau anda memahami kata anhar disini dalam pengertian metafora, yakni di sana akan ditemukan dengan mudahdan banyak minum-minuman itu seperti halnya menemukan kehidupan dunia ini aliran air. Bukankah, seperti penulis kemukakan diatas, bahwa inui adalah matsal yang bukan berarti sama?
Susunan penyebutan ragam sungai-sungai oleh ayat diatas menjadi perhatian sementara ulama. Pakar bahasa dan tafsir, Abu Hayyan misalnya berpendapat bahwa ayat di atas di mulai dengan menyebut air adalah sesuatu yang tidak dapat diabaikan dan sangat di butuhkan, alau susu karena ia bagi masyarakat arab dan selainya dinilai sebagai salah sat bahan pangan pokok, lalu disusul dengan khamr karena kalu seseorang telah puas dengan makan dan minuman, timbul keinginannya untuk merasakan sesuat yang lezat, dan yang terakhir disebut adalah madu karena ia adalah obat dari sekian banyak dampak buruk makanan dan minuman.
Al-biqa’i menulis bahwa kebih baik dari penjelasan dia atas dengan mengatakan bahwa karena konteks ayat ini memberi perumpamaan yang menakjubkan, yang pertama disebut adalah air karena air bagi masyarakat arab sangat sulit ditemukan dan amat mereka butuhkandan karena perubahan rasanya merupakan hal aneh sehingga di nafikannya. Sesudah air adalah susu, ia lebih sedikit dari air yang mengalirnya di sungai lebih menakjubkan. Kerena itu susulah yang di sebut pada kali kedua. Selanjutnya, yang disebut pada kali ketiga adalah khamr karena ia lebih sedikit dari susu. Selanjutnya, karena madu adalah minuman yang paling baik dan paling sedikit, ia yang disebut terakhir. Allah swt mengingatkan dengan penyebutan jenis-jenis minuman itu tentang kemahakuasaanyamewujudkan apa yang dikehendaki baik melalui sebab-sebab maupun tanpa sebab (yang selama ini diketahui). Ketiga minuamn yang disebut disini, ada yang menjadi minuman dari bahan tertentu seperti khamr, ada juga yang merupakan bahan makanan dengan gizi sangat tinggi yaitu madu, sedangkan susu merupakan minuman yang menggabung keistimewaan khamr dan susuu. Semua yang disebut ini adalah cairan walau berbeda-beda rasa dan dampaknya sebagai pangan, obat, dan lain-lain. Air adalah su,ber hidup tumbuh-tumbuhandari tumbuhan yang di makan lahirlah susu, khamr, dan madu melalui proses tyang diketahui, tetapi di akherat nanti itu semua tidak memerlukan sebab-sebab yang kita ketahui dalam kehidupan dunia ini. Itu karena jelasnya nama/kekuasaan Allah di sana dan karena disana bukan lagi waktunya ujian dan cobaan. Demikian kiranya tulisan Al-Biqa’i.
Ayat diatas menjelaskan bahwa air yang tidak mengalir dan berubah adalah air yang membahayakan kesehatan. Dengan demikaian, ayat ini telah menjelaskan hal itu jauh beberapa abad sebelum di temukannya microskop. Kini, setelah di temukan microskop, orang dapat mengetahui bahwa pada air yang tidak mengalir dan berubah terdapat jutaan bakteri dan virus yang membahayakan kesehatan manusia dan hewan melalui berbagai macam penyakit.
Ayat diatas menyebut kata lys-syaribin/ bagi para peminum ketika berbicara tentang khamr. Ini karena ada orang-orang dalam kehidupan dunia ini yang tidak merasakan khamr, disamping ada jenis-jenis khamr yang oleh ortang tertentu dirasakan lezat dan oleh orang lain tidak. Nah, kalimat dari para peminum itu menjelaskan bahwa siapapun peminumnya pasti merasakan kelezatannya.
Penyebutan maghfiroh/ pengampunan Allah setelah penyebutan aneka kenikmatan jasmani diatas untuk menjelaskan bahwa di samping kenikmatan jasmani mereka juga memeroleh kenikmatan batin, memang ketersediaan rezeki yang bersifat material belum menjamin ketenganan batin, kecuali bila disertai dengan rasa damai akibat hubungan harmonis yang menghapus segala dosa, kecaman atau ganjalan hati. Bisa juga kata maghfiroh itu menunjuk kepada perolehan pengampunan Allah sebelum mereka masuk surga. Memang, kata dan tidak menunjukkan perurutan. Ia tidak berarti bahwa yang disebut kemudian harus terjadi setelah yang di sebut sebelumnya. Bisa saja yang di sebut sebelumnya justru terjadi setelah yang di sebut belakangan.
D. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa surat Muhammad ayat 15 menjelaskan tentang perbedaan antara orang-orang yang beriman dan yang kafir serta perbedaan balasan dan ganjaran mereka, ayat diatas menguraikan sekelumit dari ganjaran yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa. Yakni surga, yang di dalamnya mengalir beberapa sungai seperti susu, khamr, madu dll yang di siapkan oleh Allah bagi orang-orang yang selalu menjalankan perintah Allah dan menjahui larangnya. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu mendapatkan ridho dan naungan Allah. Amin
Daftar Pustaka
Abu Bakar, Bahrun..Tafsir Ibnu Katsir juz 26 (terjamahan dari judul asli Tafsiru al-Quran Al-Adhim). Sinar Baru Algensindo. Bandung. 2008
Terjemah Tafsir al Maraghy juz XXVI. CV. Tohaputra. Semarang.1989
Shihab, M. Quraisy. Tafsir Al-Misbah (Pesan, kesan, dan keserasian al-quran). Jakarta: Lentera hati. 2002
Keterangan
[1] Terjemah Tafsir al Maraghy juz XXVI. CV. Tohaputra. Semarang.1989
[2] Shihab, M. Quraisy. Tafsir Al-Misbah (Pesan, kesan, dan keserasian al-quran). Jakarta: Lentera hati. 2002
[3] Abu Bakar, Bahrun..Tafsir Ibnu Katsir juz 26 (terjamahan dari judul asli Tafsiru al-Quran Al-Adhim). Sinar Baru Algensindo. Bandung. 2008
[4] Shihab, M. Quraisy. Tafsir Al-Misbah Op. cip. Hal 458
[5] Terjemah Tafsir al Maraghy Juz XXVI. CV. Tohaputra. Semarang.1989 Hal 99
[6] Shihab, M. Quraisy. Tafsir Al-Misbah Op. cip. Hal 459
Tafsir Surat Muhammad Ayat 15
4/
5
Oleh
sandy